Cerita Hantu di Kampungku, Dikejar Genderuwo di Malam Bulan Purnama

Kisah ini merupakan cerita hantu di kampungku yang terjadi pada awal tahun 90an. Pada waktu itu kehidupan masyarakat sekitar masih sangat tradisional. Banyak rumah warga yang belum tersaluri listrik PLN, apalagi penerangan jalan.

Pohon-pohon besar rindah masih banyak tumbuh di pekarangan dan pinggir jalan. Jika keluar malam tanpa penerangan sangat merinding dan seram.

Apalagi kalau lewat jalan setapak di lingkar kampung di bawah rumpun bambu dan pohon trembesi yang sangat rimbun dan menakutkan.

Pohon trembesi ini diyakini warga menjadi tempat hantu genderuwo yang sempet heboh waktu itu karena nenghantui warga selama tujuh malam berturut-turut.

Meski kondisi lingkungan sangat gelap dan rimbun bukan berarti anak-anak pada masa itu takut keluar rumah pada malam hari. 

Bahkan di malam bulan purnama serombongan anak bisa bermain hingga larut malam di luar rumah. Pada waktu itu saya masih duduk di kelas 4 SD dan baru senang-senangnya mainan mobil-mobilan dari batang bambu dengan penerangan lampu dan batu baterai.

cerita-hantu-dikejar-genderuwo-malam-bulan-purnama

Mendorong mobil-mobilan dari hasil karya sendiri menjadi suatu kebanggaan yang tak pernah terlupakan.

Terlebih karena pengalaman yang pernah kami alami dimana pada saat bermain di malam hari dikejar-kejar hantu genderuwo. Berikut kisah cerita hantu di kampungku yang sengaja saya tuliskan agar tak hilang dari ingatan.

Cerita Hantu Genderuwo di Kampungku 

Sehabis berjamaah solat isa di langgar, saya dan teman-teman janjian untuk main di malam itu. Dasarnya malam minggu, besoknya libur dan siang tadi kami telah menyiapkan mainan mobil-mobilan baru dari batang bamboo yang dirakit dengan karet gelang. 

Singkatnya di depan pos kamling kita janjian untuk memulai malam minggu dengan bersenang-senang keliling kampung. 

Rombongan kami berlima terdiri dari saya sendiri, Paipul, Maryono, Basuki, dan Widodo mulai menyalakan lampu di depan mobil-mobilan dengan menghubungkan sejengkal kabel dan batu baterai. 

Sorak gembira sambil bercanda kita dorong mobil-mobilan melalui jalan kampung yang masih berupa tanah berdebu. 

Tak seorang pun yang mengira malam itu merupakan malam terseram yang pernah kita lalui dan menjadi awal cerita hantu di kampungku.

Dari keempat temanku, Paipul merupakan anak yang paling bandel dan pemberani. Meski tubuhnya paling kecil untuk urusan keberanian dia memang bisa diandalkan. 

Singkatnya untuk mengetes keberanian kita Paipul mengajak untuk mendorong mobil-mobilan melalui tempat-tempat gelap. 

Maklum saja dia bawa batu baterai cadangan sehingga lampu depan mobil mainannya masih sangat terang dibandingkan yang lainnya.

Tidak disangka dan tidak dinyana kami sampailah di jalan lingkar tepi persawahan yang sangat gelap karena cukup jauh dari rumah warga. 

Rumpun bambu dan pohon trembesi yang besar dahannya menutup langit-langit jalanan sehingga mirip dengan gua karena cahaya rembulan saat itu terhalang rimbunnya dedaunan.

Dasar Paipul, sesampainya di dekat pohon trembesi dia malah sembunyi di belakangnya. Awalnya kami kira Paipul ingin menguji seberapa terang lampu mobil mainannya, eh ternyata dia buang air kecil di pohon trembesi tersebut.

Sebenarnya saya sudah punya feeling gak enak waktu dia menyelinap di balik pohon. Seperti ada bayangan hitam besar mendekatinya dari sebelah kiri. 

Tak lama kemudian, angin besar menghantam rimbunnya rumpun bambu dan dedaunan. 

Suara gemuruh gesekan ranting pohon trembesi dan batang bambu semakin menyeramkan suasana. Dalam waktu bersamaan Paipul berteriak minta tolong sambil lari tunggang langgang seperti ada yang mengejarnya. 

Inilah awal cerita hantu di kampungku dimana adanya penampakan hantu genderuwo yang kerap muncul menakuti warga.

Belum juga kami beranjak dari tempat jongkok menunggu Paipul dari belakang terlihat nyata sosok tinggi besar berwarna hitam dengan mata merah menyala.

Tak perlu berpikir lama, saya, Maryono, Widodo, dan Basuki ikutan lari terbirit-birit karena saking ketakutan.

Tak ada dari kami yang sempat mendorong mobil mainan, semuanya tercecer di jalan dan tak peduli bagaimana nasibnya. 

Celakanya kami kehilangan jejak Paipul dan sempat kebingungan mencari dia. Karena penasaran, kami langsung mendatangi rumah Paipul untuk meyakinkan keberadaannya.

Dari luar sudah terdengar tangisan Paipul yang sangat ketakutan. Alhamdulillah dia sudah sampai rumah meski masih shok atas apa yang ia alami. 

Setelah dia tenang Paipun bercerita jika sewaktu buang air kecil tadi sarung yang dilingkarkan di lehernya ada yang menarik dari belakang. 

Mengiri ada salah satu dari kami yang jahil diapun menengok ke belakang dan melihat sosok hantu genderuwo yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Menurut penuturan beberapa orang di kampung kami, makhluk hitam tinggi besar itu merupakan hantu genderuwo yang bersarang di pohon trembesi. 

Sejak saat itu kami tidak pernah lagi bermain di dekat pohon trembesi sarang hantu genderuwo tersebut. Parahnya lagi semenjak kejadian tersebut, ada saja warga sekitar yang mengaku melihat sosok hantu genderuwo. 

Kejadian ini berlangsung selama tujuh malam berturut-turut sehingga sangat mencekam dan menyeramkan.

Meski terdengar biasa, cerita hantu di kampungku ini sangat menakutkan bagiku karena mengalaminya sendiri. Baca juga pengalaman bertemu sundel bolong saat memancing di sungai.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel